Penaklukan Kota Makkah (Fathu Makkah)

telah disebutkan bahwa dalam Perjanjian Hudaybiyah, dua suku bergabung dalam kesepakatan: Khuza'ah yang merupakan sekutu muslim dan Bani Bakr yang merupakan sekutu Quraisy. Kedua suku ini telah berperang sejak lama dan dengan begabungnya mereka dalam perjanjian, perdamaian diharapkan dapat terwujud. Namun Bani Bakr ternyata melanggar perjanjian dengan melakukan serangan mendadak pada malam hari dan ternyata mereka dibantu secara rahasia oleh sekutu mereka. Quraisy membantu dalam persenjataan dan bantuan sejumlah pasukan yang di antaranya ada Ikrimah dan Safwan bin Umayyah. Dalam serangan ini, 20 orang Khuza'ah tewas.

Sebuah delegasi Khuza'ah pun dikirimkan ke Madinah dan melaporkan pelanggaran ini kepada Muhammad. Mereka meminta tolong kepada muslim untuk membantu mereka sebagai sekutu.

Abu Sufyan, pemimpin Quraisy Makkah tidak secara langsung terlibat dalam bantuan Quraisy kepada Bani Bakr. Sekarang ia benar-benar khawatir akan pembalasan dari muslim akibat pelanggaran yang mereka lakukan terhadap Perjanjian Hudaybiyah. Ia secara pribadi memutuskan pergi ke Madinah untuk menegosiasikan secara langsung tentang pembaruan perjanjian. Setiba di Madinah, pertama ia bertemu dengan Ummu Habibah, anaknya dan istri Muhammad. Namun ia menerima sambutan dingin dari anaknya. Ia kemudian pergi bertemu Muhammad, tetapi Muhammad tidak menjawab sepatah kata pun.

Abu Sufyan pun mencoba meminta bantuan kepada sahabat terdekat Muhammad agar ia bisa berbicara dengan Muhammad. Ia bertemu dengan Abu Bakr, tetapi Abu Bakr menolak. Kemudian Abu Sufyan bertemu dengan Umar yang menjawab, "Demi Allah, jika aku hanya memiliki tidak lebih dari sebuah pasukan semut, aku akan bertempur denganmu." Abu Sufyan kemudian pergi ke rumah Ali dan awalnya ia berbicara dengan istri Ali yang juga anak Muhammad, Fatimah. Kemudian ia juga berbicara dengan Ali. Ali menjawab, "Jika Rasul Allah yelah menetapkan tujuannya, tidak ada yang bisa menghentikannya dari tujuannya itu." Ali kemudian menyarankan kepada Abu Sufyan agar ia menjaga perdamaian dengan manusia. Saran ini memang bisa diinterpretasikan dalam banyak jalan, tetapi jawaban ini sedikit melegakan Abu Sufyan. Ia pun kembali ke Makkah tanpa memeroleh apapun dari tujuannya.

Segera setelah kepergian Abu Sufyan, Muhammad memerintahkan persiapan singkat untuk sebuah operasi berskala besar. Tujuannya adalah mengumpulkan pasukan dan bergerak dengan cepat dengan kerahasiaan tinggi sehingga Quraisy tidak mengetahui kedatangan pasukan muslim sampai muslim "mengetuk pintu mereka". Seorang wanita diketahui pergi ke Makkah membawa kabar tentang rencana ini. Atas perintah Muhammad, Ali dan Zubayr mengejar dan menangkap wanita pembawa pesan tadi.

Pergerakan pasukan muslim dimulai dari Madinah tanggal 1 Januari 630 M-10 Ramadhan 8 H. Dalam perjalanan, banyak muslim yang bergabung sehingga total jumlah pasukan menjad 10.000 orang. Ketika pasukan ini tiba di Marruz Zahran, 16 km barat Makkah, rakyat Makkah belum mengetahui keberadaan mereka. Perjalanan ini merupakan pergerakan tercepat dari pasukan muslim.

Abbas, paman Muhammad yang masih di Makkah, akhirnya dengan jelas masuk Islam dan bergabung dengan pasukan muslim. Abbas mengetahui bahwa operasi ini benar-benar dapat menghancurkan Quraisy. Untuk itu, ia meminta izin pada Muhammad untuk memperingatkan warga Makkah bahwa perlawanan tidak akan berhasil dan menyarankan mereka untuk mengirimkan utusan membicarakan perdamaian. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Abu Sufyan yang sedang keluar untuk mencari tahu pergerakan muslim. Abbas memberitahukan tujuannya dan mengajak Abu Sufyan menghadap Muhammad agar rakyat Makkah diselamatkan.

Setibanya pada malam hari di perkemahan pasukan muslim, mereka bertemu dengan Umar yang sedang bertugas jaga. Ia berteriak, "Ah! Abu Sufyan, musuh Allah! Pujian bagi Allah karena Engkau telah datang ke perkemahan kami tanpa pengamanan." Umar kemudian berlari ke tenda Muhammad. Abbas yang sudah tahu apa yang ingin dilakukan Umar, juga bergegas pergi ke tenda Muhammad bersama Abu Sufyan. Ketiganya sampai bersamaan di tenda Muhammad dan Umar meminta izin Muhammad untuk memenggal kepala usuh nomor satu, Abu Sufyan. Sementara Abbas berusahan melindungi Abu Sufyan, meminta agar ia didengarkan terlebih dahulu. Muhammad membubarkan ketiganya dan menginstruksikan mereka untuk datang lagi pagi hari. Abbas membawa Abu Sufyan ke tendanya.

Keesokan paginya, Abbas dan Abu Sufyan menghadap Muhammad. Terjadi percakapan berikut.

Muhammad : Wahai Abu Sufyan! Tidakkah Kamu tahu bahwa tidak ada ilah (tuhan) selain Allah?
Abu Sufyan : Sekarang aku menyadari itu. Jika tuhan-tuhan lain yang aku percayai memang ada, mereka pasti akan menolongku.
Muhammad : Dan tahukah Kamu bahwa aku adalah Utusan (Rasul) Allah?

Ini adalah momen yang sangat mengerikan bagi Abu Sufyan. Dia adalah seorang pemimpin kebanggaan Quraisy, salah seorang bangsawan di sukunya, seorang keturunan Umayyah. Ia selalu menganggap dirinya yang terbaik. Dia secara jelas adalah pemimpin Makkah dan tentu saja yang paling dihormati di sana. Sekarang ia berdiri bagaikan pemohon terhadap orang yang telah ia siksa dan perangi bertahun-tahun.

Abu Sufyan : Untuk yang satu ini, ada beberapa keraguan kecil dalam pikiranku.
Abbas : Tidak beruntung Kamu, wahai Abu Sufyan! Menyerahlah atau kepalamu akan dipenggal!
Abu Sufyan : (Dengan segera)Aku mengakui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.

Muhammad kemudian mendeklarasikan pernyataan berikut, "Siapapun yang memasuki rumah Abu Sufyan akan selamat." Wajah Abu Sufyan terangkat karena penghargaan yang Muhammad berikan padanya. Muhammad melanjutkan, "Siapapun yang mengunci pintu rumahnya akan selamat. Siapapun yang berlindung dalam masjid akan selamat."

Abu Sufyan kembali ke Makkah dan ia disambut oleh para warga yang menunggu kabar darinya. Abu Sufyan mengumumkan, "Wahai Quraisy! Muhammad telah datang dengan kekuatan yang tidak bisa Kalian imbangi. Menyerahlah padanya dan selamatlah Kalian. Siapapun yang memasuki rumahku akan selamat. Siapapun yang tinggal di rumahnya dan mengunci pintunya akan selamat. Siapapun yang berlindung di rumahnya akan selamat."

Hindun, istri Abu Sufyan, menampar suaminya dan berteriak, "Bunuh orang bodoh ini! Dia telah berkhianat pada kita." Tetapi warga Makkah yang telah sangat ketakutan segera bergegas pulang ke rumah masing-masing tanpa mendengarkan ocehan Hindun. Abu Sufyan pun akhirnya bisa membawa istrinya pulang ke rumah.

Pasukan muslim mengira bahwa akan ada sedikit perlawanan ketika mereka memasuki Makkah. Mereka tidal bisa memastikan bahwa operasi ini akan berjalan damai meskipun Muhammad mengharapkan tidak ada pertumpahan darah. Mereka menyadari ada orang-orang Quraisy yang sangat keras perlawanannya seperti Ikrimah dan Safwan.

Makkah terbentang di Lembah Ibrahim dan dikelilingi oleh bukit-bukit berbatu setinggi lebih kurang 300 m di atas permukaan lembah. Makkah didekati dari empat arah. Pasukan dibagi oleh Muhammad di setiap arah yang melewati celah-celah di antara bukit: barat laut (hampir utara), barat daya, selatan, dan timur laut. Pasukan utama melewati rute barat laut via Azakhir dipimpin oleh Abu Ubaydah dan Muhammad berada dalam pasukan ini. Pasukan kedua dipimpib oleh Zubayr masuk dari rute barat daya lewat celah di Bukit Kuda. Pasukan ketiga dipimpin Ali melewati rute selatan via Kudai. Rombongan keempat dipimpin oleh Khalid melewati rute timur laut via Layt dan Khandama.

Keempat kelompok pasukan menuju ke satu arah sehingga pasukan musuh pun akan terpecah dan tidak bisa mengonsentrasikan diri pada satu lokasi penyerangan musuh. Muhammad menekankan jangan sampai terjadi pertempuran kecuali jika pasukan Quraisy Makkah melakukan serangan perlawanan. Ia juga melarang membunuh orang yang terluka, melarang mengejar pada mereka yang mundur, dan melarang membunuh para tawanan.

Pada tanggal 11 Januari 630 M-20 Ramadhan 8 H, Makkah berhasil dimasuki. Benar-benar tidak terjadi pertumpahan darah, kecuali di sektor Khalid. Khalid harus menghadapi dua teman dekatnya sendiri, Ikrimah dan Safwan. Safwan juga adalah saudara ipar Khalid Mereka bertemu di Khandama.

Quraisy memulai penyerangan dengan panah mereka, kemudian pasukan berpedang maju dan terjadilah pertempuran yang cukup sengit. Pasukan Ikrimah terpukul mundur, 12 orang di antara mereka terbunuh. Dua orang dari muslim juga gugur. Ikrimah dan Safwan melarikan diri.

Ketika Muhammad mengetahui aksi pasukan Khalid dan sejumlah musuh yang terbunuh, ia sedikit merasa tidak senang dengan Khalid. Ia telah memerintahkan untuk menghindari pertumpahan darah; dan mengetahui sifat alami Khalid yang keras, ia khawatir Khalid-lah yang memulai serangan terlebih dahulu. Khalid pun dipanggil dan ia pun menjelaskan kejadian dengan jujur bahwa bukan ia yang memulai pertempuran. Muhammad pun memakluminya.

Segera setelah Makkah ditaklukkan oleh muslim, Muhammad pergi ke Ka'bah dan bertawaf (berjalan mengelilingi Ka'bah) 7 kali. Ini adalah momen yang sangat luar biasa bagi Muhammad. Tujuh tahun sudah ia pergi dari Makkah sebagai orang yang paling dicari dan dimusuhi oleh Quraisy. Suaranya tidak lagi bagai teriakan di tempat asing, dan ia telah memasuki Makkah dengan kakinya sebagai pemimpin. Quraisy Makkah diperintahkan untuk berkumpul di depan Ka'bah. Mereka gemetaran karena menunggu keputusan apa yang akan Muhammad buat tehadap mereka yang telah sangat keras memusuhi Muhammad, bahkan mencoba membunuh Muhammad. Quraisy Makkah mengetahui betul bagaimana jika seorang Arab melampiaskan dendamnya.

Muhammad mengumumkan keputusannya, "Wahai Quraisy! Bagaimana seharusnya aku memperlakukan Kalian?"

Dari kerumunan Quraisy terdengar jawaban, "Perlakukan kami dengan baik, hai saudara terhormat dan anak saudara terhormat!"

Muhammad menjawab kembali, "Kalau begitu, pulanglah! Kalian telah dimaafkan."

Muhammad kemudian memasuki Ka'bah dan menghancurkan semua patung berhala yang ada di dalamnya dengan tangannya sendiri, termasuk patung yang dianggap sebagai Nabi Ibrahim yang sedang memegang panah Tuhan. Muhammad kemudian meneriakkan ayat Qur'an yang berbunyi, "Kebenaran telah datang dan keburukan telah musnah."

Beberapa hari berikutnya dihabiskan oleh Muhammad untuk konsolidasi dan reorganisasi. Hampir semua orang Makkah masuk Islam dan bersumpah setia kepada Muhammad.

Sebelum masuk ke Makkah, Muhammad telah mengumumkan 10 nama (6 laki-laki dan 4 perempuan) yang harus dibunuh jika tertangkap meskipun mereka berlindung di dalam Ka'bah. Kesepuluh orang tersebut adalah penjahat perang selama pertempuran Makkah melawan muslim. Mereka terdiri dari para nabi palsu atau secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyiksaan di luar perikemanusiaan kepada muslim. Di puncak daftar, terdapat nama Ikrimah. Hindun istri Abu Sufyan juga termasuk di dalamnya (Hindun sempat memutilasi beberapa korban Pertempuran Uhud-pent)

Ikrimah bersembunyi di Makkah setelah dikalahkan oleh Khalid. Beberapa hari kemudian, ia melarikan diri ke Yaman dengan tujuan menyeberang ke Abyssinia (Ethiopia di timur Afrika-pent). Namun, istrinya masuk Islam dan mencoba membujuk Muhammad untuk mengampuni suaminya. Muhammad memenuhi permintaannya. Perempuan ini pun dengan segera pergi menjemput suaminya ke Abyssinia. Setibanya di Makkah, Ikrimah menyerahkan dirinya, meminta maaf kepada Muhammad serta umat Islam, dan ia sendiri masuk Islam.

Safwan bin Umayyah, meskipun tidak termasuk dalam daftar kriminal perang, melarikan diri ke Jeddah juga dengan tujuan menyeberang ke Abyssinia. Temannya memohon pada Muhammad untuk mengampuninya. Safwan pun juga diampuni. Safwan kembali kepada Muhammad dan meminta untuk diberikan waktu dua bulan untuk berpikir untuk masuk Islam atau tidak. Muhammad memberinya waktu empat bulan.

Di antara 10 orang yang dicari itu, hanya 5 orang yang akhirnya dihukum mati. Sisanya diampuni, termasuk Hindun yang masuk Islam.

Setelah menhancurkan semua berhala di dalam dan sekitar Ka'bah, Muhammad mengirimkan ekspedisi kecil ke perkampungan sekitar Makkah dengan tujuan menghancurkan berhala-berhala lainnya. Khalid dikirim ke Nakhla untuk menghancurkan Uzza, dewi yang dianggap paling penting oleh penyembah berhala. Ia pergi dengan 30 orang pasukan berkuda.

Khalid tidak mengetahui bahwa ada dua patung Uzza, yang asli dan tiruan. Ia hanya menghancurkan berhala Uzza tiruan dan kembali kepada Muhammad untuk melapor. "Apakah Kamu melihat sesuatu yang tidak biasa?" tanya Muhammad. "Tidak," jawab Khalid. Muhammad pun memerintahkannya untuk kembali dan mencari Uzza yang sebenarnya.

Kesal karena kesalahan yang ia lakukan, ia kembali lagi dan bersungguh-sungguh mencari Uzza yang asli. Ia berhasil menemukannya di sebuah biara yang telah ditinggalkan oleh penjaganya. Namun penjaganya megalungkan pedang di leher patung Uzza. Penjaga itu berharap agar Uzza bisa mempertahankan dirinya sendiri. Ketika Khalid memasuki biara, ia bertemu dengan seorang perempuan hitam telanjang yang berteriak dengan sangat keras. Khalid tidak banyak berpikir apakah perempuan itu berusaha untuk menggodanya atau berusaha untuk melindungi patung Uzza. Ia langsung menebaskan pedang sehingga perempuan itu terbelah dua. Kemudian ia juga menghancurkan patung Uzza, kemudian kembali ke Makkah. Ia menceritakan apa yang ia alami pada Muhammad dan Muhamma berkata, "Benar, perempuan itu adalah Uzza dan ia tidak akan pernah lagi di sembah di tanah kalian."

Sekitar tanggal 20 Januari 630 M, setelah berhala-berhala dihancurkan, terjadilah peristiwa insiden dengan Bani Jazima. Muhammad mengirim beberapa kelompok ekspedisi untuk mengajak suku-suku sekitar Makkah untuk masuk Islam. Ia menginstruksikan untuk menghindari pertumpahan darah.

Khalid memimpin ekspedisi ke daerah Tihamah, selatan Makkah. Ia bersama 350 orang berkuda yang beranggotakan dari berbagai suku. Sebagian besar berasal dari Bani Sulaym. Tujuan ekspedisi ini adalah Yalamlam, 80 km dari Makkah.

Ketika Khalid mencapai Al-Ghumaysa, 24 km dari Makkah di jalur perjalanan menuju Yalamlam, ia bertemu dengan Bani Jazima. Mereka melihat muslim dan mengangkat senjatanya, "Kami telah menyerahkan diri. Kami telah mendirikan shalat dan membangun sebuah masjid."

"Lalu mengapa Kalian mengangkat senjata?" tanya Khalid.

"Kami mempunyai sebuah perselisihan dengan suku Arab tertentu dan kami harus melindungi diri kami dari mereka."

"Lepaskan senjatamu!" perintah Khalid. "Semua orang telah masuk Islam dan kalian tidak perlu membawa senjata."

Salah seorang dari Bani Jazima kemudian berteriak kepada rekan-rekannya, "Ini Khalid bin Walid. Berhati-hatilah dengannya! Setelah kita melepaskan senjata, tangan kita akan diikat, dan setelah tangan diikat, kepala kita akan dipenggal!"Memang ada perselisihan yang belum selesai di masa pra-Islam antara suku Khalid dengan Bani Jazima.

Namun setelah saling beradu argumen, Bani Jazima meletakkan senjata mereka. Kejadian berikutnya tidak terlalu jelas. Kemungkinan Khalid yang baru saja masuk Islam beberapa bulan kembali ke sifat jahiliyahnya. Kemungkinan lainnya adalah adanya kefanatikan berlebihan dari seseorang yang baru masuk Islam sehingga ia meragukan ke-Islam-an Bani Jazima. Segera setelah Bani Jazima meletakkan senjata, ia memerintahkan anggotanya untuk mengikat tangan anggota Bani Jazima ke belakang. Ia kemudian memerintahkan anggotanya untuk membunuh seluruh tawanan itu di tempat. Untungnya hanya anggotanya yang berasal dari Bani sulaym yang mematuhi perintahnya. Sisanya menolak, bahkan sepupu (sebagian ahli berpendapat kemenakan) Khalid, Abdullah bin Umar (anak Umar bin Al-Khattab) memprotes dengan sangat keras. Abu Qatadah juga menentang keras dan segera kembali ke Makkah melaporkan hal ini kepada Muhammad.

Muhammad sangat terkejut dan marah. Ia mengangkat kedua tangannya ke langit dan berkata, "Ya Allah! Aku tidak bertanggung jawab atas apa yang Khalid lakukan." Ia kemudian mengirim Ali untuk membayar tebusan kepada keluarga Bani Jazima yang telah dibunuh oleh Khalid. Ali segera pergi dan baru kembali setelah Bani Jazima mengizinkan.

Khalid kemudian dipanggil oleh Muhammad dan dimintai penjelasan. Khalid menjelaskan bahwa ia tidak bisa mempercayai orang-orang yang telah dibunuhnya itu. Ia bersikeras bahwa apa yang ia lakukan telah benar di jalan Allah.

Abdurrahman bin Auf (salah seorang sahabat Muhammad terdekat) hadir dalam pertemuan itu. Ia berkata pada Khalid, "Kamu telah melakukan perilaku jahiliyah di masa Islam."

Khalid membalas, "Tetapi aku membalaskan dendam pembunuhan ayahmu." (Salah seorang Bani Jazima membunuh ayah Abdurrahman di masa jahiliyah). Abdurrahman menjawab, "Kamu bohong! Aku telah membunuh pembunuh ayahku sejak lama dan mengembalikan kehormatan keluargaku. Kamu memerintahkan pembunuhan Bani Jazima karena dendammu atas pemunuhan pamanmu, Fakiha." (Fakiha, paman Khalid, juga dibunuh oleh salah seorang Bani Jazima di masa lalu).

Perdebatan sengit terjadi antara keduanya dan Khalid berada di posisi tidak menguntungkan karena Abdurrahman termasuk sahabat terdekat Muhammad. Muhammad memotong perdebatan, "Tinggalkan sahabatku, hai Khalid! Jika Kamu punya sebuah gunung emas dan menafkahkannya di jalan Allah, Kamu tidak akan mencapai status sahabatku." Sahabat di sini dimaksudkan sebagai sahabat yang sejak awal masuk Islam, salah satunya Abdurrahman bin Auf. Khalid juga termasuk dalam kategori sahabat, tetapi masuk Islam agak belakangan.

sumber

Komentar